NULL

Tiongkok Pamer DF-5B, Rudal Nuklir yang Bisa Jangkau AS dan Eropa

Posted on 30 Jun 2025

Tiongkok kembali menunjukkan kekuatan militernya dengan mengungkap keberadaan rudal balistik antarbenua (ICBM) DF-5B, salah satu senjata nuklir paling menakutkan dalam gudang arsenalnya. Dengan jangkauan mencapai 12.000 kilometer dan daya ledak 200 kali lebih besar dari bom atom yang menghancurkan Hiroshima, rudal ini menjadi simbol nyata dari kapabilitas pencegahan strategis Beijing terhadap kekuatan global, khususnya Amerika Serikat dan Eropa.

Di tengah ketegangan geopolitik yang terus meningkat, langkah ini dilihat sebagai pernyataan tegas dari Tiongkok kepada dunia bahwa mereka tidak akan tinggal diam terhadap tekanan internasional. DF-5B merupakan versi modern dari rudal DF-5 yang sebelumnya sudah dikenal sejak era Perang Dingin.

Namun, peningkatan teknologi yang diterapkan pada versi B menjadikannya lebih canggih, presisi tinggi, serta mampu membawa beberapa hulu ledak secara bersamaan (MIRV). Dengan potensi destruktif yang luar biasa, rudal ini dapat mengubah lanskap peperangan modern jika digunakan dalam konflik berskala besar.

Meski demikian, kehadirannya lebih ditujukan sebagai alat deterrent—penghalang bagi musuh—daripada senjata untuk digunakan dalam perang langsung. Beijing tampaknya ingin mengirimkan pesan strategis ke negara-negara Barat: bahwa dominasi militer mereka tidak bisa diabaikan.

Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa kini menyadari bahwa kota-kota besar mereka berada dalam jangkauan sistem rudal Tiongkok. Hal ini menambah dimensi baru dalam strategi keamanan nasional masing-masing negara, karena mereka harus memperhitungkan reaksi Beijing dalam setiap kebijakan luar negeri yang berpotensi menyinggung kepentingan Tiongkok.

Banyak pengamat militer menilai bahwa pengungkapan DF-5B ini bukan sekadar pamer kekuatan, melainkan bagian dari strategi diplomatik keras. Dalam teori geopolitik klasik, senjata nuklir tidak hanya alat pertahanan, tetapi juga alat negosiasi.

Dengan menunjukkan bahwa mereka memiliki kapabilitas untuk membalas setiap agresi dengan daya rusak dahsyat, Tiongkok sedang membangun posisi tawar yang kuat di panggung global, terutama dalam isu-isu sensitif seperti Taiwan, Laut China Selatan, dan perang dagang. Namun di balik unjuk kekuatan ini, muncul kekhawatiran global terkait kemungkinan perlombaan senjata baru.

Ketika satu negara memamerkan kemampuan nuklirnya, negara lain terdorong untuk meningkatkan pertahanan mereka, baik dengan memperluas sistem pertahanan misil maupun dengan membangun aliansi strategis baru. Amerika Serikat, misalnya, kemungkinan akan memperkuat jaringan pertahanan rudalnya di Asia dan Eropa sebagai respons terhadap peningkatan kemampuan militer Tiongkok.

Di sisi lain, Tiongkok menyatakan bahwa pengembangan senjata ini murni untuk tujuan pertahanan dan menjaga stabilitas kawasan. Pemerintah Beijing menekankan bahwa mereka menganut prinsip "no first use" dalam kebijakan senjata nuklirnya, yang berarti tidak akan menggunakan senjata nuklir kecuali jika diserang terlebih dahulu dengan senjata sejenis.

Meski begitu, skeptisisme tetap muncul, terutama dari negara-negara yang selama ini berseteru secara ideologis dan militer dengan Tiongkok. Perkembangan ini menambah kompleksitas baru dalam dinamika keamanan global.

Dunia kini tidak hanya berfokus pada konflik regional, tetapi juga pada potensi destruksi besar yang dapat terjadi sewaktu-waktu akibat kesalahan kalkulasi atau provokasi yang tidak terkendali. Dengan DF-5B kini menjadi bagian dari wacana militer global, penting bagi komunitas internasional untuk memperkuat dialog, menahan diri dari eskalasi, dan mendorong upaya-upaya diplomatik demi mencegah bencana yang tidak diinginkan.

Apa pun narasi yang diusung oleh Tiongkok, satu hal kini semakin jelas: dunia telah memasuki fase baru dalam persaingan kekuatan besar. Dan di tengah gemuruh itu, perdamaian akan tetap menjadi pertaruhan utama.