NULL

Iran Pecahkan Rekor Dunia Menghina Amerika Serikat Selama 45 Tahun

Posted 2 days 22 hours ago

Iran telah mencatatkan sejarah unik yang belum pernah tertandingi oleh negara mana pun di dunia: mempertahankan konsistensi dalam menghina dan melawan Amerika Serikat selama lebih dari 45 tahun tanpa jeda. Sejak kemenangan Revolusi Islam tahun 1979 yang menggulingkan kekuasaan monarki pro-Barat, Iran menjadikan penolakan terhadap hegemoni AS bukan hanya sebagai sikap politik, tetapi juga sebagai fondasi ideologis negara.

Dalam setiap pidato pemimpin tertinggi, setiap spanduk demonstrasi, dan dalam tiap kebijakan luar negeri, semangat perlawanan terhadap dominasi Amerika terus bergema dengan lantang. Bukan hal remeh ketika sebuah negara menjadikan sikap anti-AS sebagai bagian resmi dari konstitusinya.

Iran tidak hanya menolak tunduk, tetapi menjadikan perlawanan ini sebagai identitas nasional. Dari masa Presiden Jimmy Carter hingga Joe Biden, seluruh pemimpin Amerika tanpa terkecuali telah mendapat giliran menjadi sasaran kritik tajam dari Teheran.

Iran tidak pernah memilih diam. Bahkan ketika dunia menggigil oleh kekuatan ekonomi dan militer Washington, Iran tetap lantang—berkata tidak, bahkan ketika sendirian di medan diplomasi global.

Namun, penghinaan yang dilakukan Iran bukan semata berupa kata-kata kasar atau retorika emosional. Iran menyalurkan perlawanan itu melalui kebijakan nyata: membangun kekuatan militer sendiri, mendukung poros perlawanan di wilayah Asia Barat, memperkuat pengaruh strategisnya di Suriah, Irak, Lebanon, dan Yaman, serta menolak dolar dalam transaksi regional.

Semua itu adalah bagian dari "penghinaan aktif"—bukan sekadar mencibir, tetapi meruntuhkan pilar dominasi Amerika secara perlahan namun pasti. Selama lebih dari empat dekade, Iran tidak hanya menunjukkan keteguhan, tetapi juga inspirasi.

Bagi banyak negara di Asia Barat dan bahkan beberapa pihak di belahan dunia lain, Iran adalah contoh bahwa kekuatan tak selalu harus datang dari persenjataan canggih atau ekonomi raksasa. Keteguhan hati, harga diri nasional, dan tekad ideologis bisa menjadi senjata lebih tajam dari rudal.

Iran telah membuktikannya—tak hanya mampu bertahan, tetapi juga memukul balik secara strategis. Hal ini menciptakan dinamika baru dalam geopolitik Asia Barat.

Ketika negara-negara Arab berlomba menjalin relasi dengan Barat demi kestabilan ekonomi, Iran justru menguatkan posisinya di poros anti-hegemoni. Keputusan-keputusan berani seperti menyerang pangkalan AS di Irak sebagai balasan atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani, atau mendukung perjuangan Palestina secara terbuka di hadapan tekanan internasional, adalah bagian dari manifestasi penghinaan struktural terhadap AS—yang lebih dari sekadar celaan biasa.

Iran bukan hanya melawan Amerika dengan mulut, tetapi juga dengan langkah nyata yang mengguncang fondasi kekuasaan AS di wilayah tersebut. Dalam banyak hal, kehadiran Iran telah mengubah arah permainan: dari negara yang dulu dianggap pinggiran menjadi kekuatan penentu di Asia Barat.

Tidak berlebihan bila dikatakan, penghinaan ini telah menjadi sebuah bentuk perlawanan intelektual, moral, dan militer yang terus berkembang. Dalam dunia yang penuh kompromi dan kepentingan sesaat, konsistensi Iran menjadi sesuatu yang langka dan mencolok.

Di tengah tekanan sanksi ekonomi, sabotase, dan ancaman perang, Iran tetap teguh berdiri dengan satu pesan: kehormatan tidak untuk dijual. Dan jika perlu, kehormatan itu akan dipertahankan walau dengan risiko terbesar sekalipun.

Sebuah rekor yang tidak hanya panjang dalam durasi, tetapi juga dalam dampak dan makna sejarah.