Trump Hina Pemimpin Iran, Balasan Tepat Sasaran Sedang Disiapkan
Pernyataan dan hinaan Presiden AS Donald Trump terhadap Pemimpin Tertinggi Iran sekali lagi memicu kemarahan di Teheran. Dalam berbagai kesempatan, Trump dan pejabat pemerintahannya melontarkan komentar pedas, meremehkan kekuatan Iran, dan menyerukan agar Iran “menyerah”.
Namun, menurut sejumlah pejabat dan pengamat di Iran, semua ini hanya memperlihatkan satu hal: Trump sedang makan hati melihat kegagalan rencananya. Serangan retorika Trump disebut-sebut sebagai upaya menutupi kegagalan AS dan Israel yang sejauh ini belum berhasil menundukkan perlawanan Iran di Timur Tengah.
Bahkan, ketika Iran menunjukkan kemampuan militernya untuk hampir meratakan Tel Aviv dan Haifa, Trump hanya bisa berkoar dan menuduh media luar negeri menyebarkan kebohongan. Trump dan Menteri Pertahanannya berulang kali membantah laporan bahwa AS tidak mampu menahan Iran.
Setiap dua hari sekali, mereka terpaksa menggelar konferensi pers dan bersumpah bahwa AS sudah menyerang Iran, meski faktanya tak ada bukti nyata serangan tersebut membawa hasil signifikan. Media-media internasional bahkan menuding Operasi Fordow—yang diklaim AS sebagai “serangan besar terhadap fasilitas nuklir Iran”—sebagai sandiwara murahan.
Ini semakin menambah tekanan terhadap pemerintahan Trump di dalam negeri, yang terus dikritik karena kebijakan luar negeri mereka dinilai tak konsisten dan berujung kegagalan di banyak front, mulai dari Suriah, Irak, hingga menghadapi Iran. Di Teheran, komentar Trump dipandang sebagai bahan tertawaan.
Para pejabat Iran menyebut Trump dan timnya “hyena kuning” yang sedang kepepet dan terpojok dari segala arah, hingga butuh menciptakan panggung sirkus untuk menutupi kelemahan mereka. Presiden Trump dianggap hanya menjadi badut utama dari sandiwara politik Amerika di Timur Tengah, dan retorika kerasnya tak mampu menggoyahkan tekad Iran mempertahankan kedaulatan dan kehormatan mereka.
Meski begitu, para pejabat Iran menegaskan bahwa penghinaan terhadap pemimpin mereka tidak akan dibiarkan begitu saja. Iran telah menyiapkan balasan yang presisi, tidak hanya di bidang militer tetapi juga melalui jalur diplomasi dan propaganda internasional.
Mereka ingin memastikan bahwa sirkus Amerika berakhir dengan kekalahan memalukan di panggung global. Iran menilai momentum saat ini sangat penting.
Dengan AS yang terjebak dalam konflik internal, krisis politik menjelang pemilu, dan tekanan ekonomi akibat resesi, kemampuan mereka untuk benar-benar melancarkan perang besar dianggap minim. Karena itu, Iran tetap waspada tetapi juga yakin mampu bertahan dan menyerang balik jika perlu.
Sementara itu, berbagai kelompok perlawanan di Timur Tengah menyatakan dukungan penuh terhadap Iran. Mereka memandang penghinaan Trump hanyalah upaya provokasi murahan yang tidak akan menghentikan perjuangan mereka melawan hegemoni Amerika dan sekutunya di kawasan.
Bagi mereka, balasan terhadap penghinaan dan ancaman Trump bukan hanya kewajiban nasional, tetapi juga amanat moral dan religius. Kini mata dunia tertuju ke Timur Tengah.
Semua pihak menanti, akankah hinaan Trump berujung pada eskalasi konflik besar atau justru menjadi bumerang yang menghancurkan citra Amerika di pentas global. Bagi rakyat dan pemimpin Iran, satu hal sudah pasti: sirkus Trump akan berakhir, dan saat tirai turun, yang tersisa hanya puing reputasi AS di kawasan yang semakin membara.